BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah (Pengangguran Terdidik)
Buat apa
sekolah tinggi-tinggi jika setelah wisuda sulit mendapatkan pekerjaan. Ungkapan
tersebut memang sudah tidak asing lagi di telinga kita atau bahkan kita
termasuk ke dalam orang yang beropini tersebut. Sehingga memilih melanjutkan
kuliah sekedar mendapatkan status mahasiswa, karena takut disebut pengangguran.
Media massa cetak maupun elektronik sering sekali memberitakan tentang
pengangguran terdidik dari lulusan perguruan tinggi yang belum mendapatkan
pekerjaan.
Angka
penganguran terdidik mencapai 41, 81% dari total angka pengangguran nasional
yang telah mencapai 9 juta orang. Jumlah pengangguran terdidik terbanyak adalah
lulusan perguruan tinggi yaitu 12,78%. Posisi berikutnya disusul lulusan SMA
11,9%, SMK 11,87%, SMP 7,45%, dan lulusan SD 3,81%. (Repubika.co.id 12/09/2012).
Anggapannya, pasti
banyaknya pengangguran terdidik di Indonesia disebabkan kurangnya jumlah
lapangan pekerjaan, tingginya kuantitas permintaan ternaga kerja, tapi tak
sebanding dengan penawarannya. Namun, lebih dari itu disebabkan kurangnya
kompetensi dan keterampilan lulusan. Perguran tinggi tidak hanya berkewajiban
menuntut mahasiswa lulus dengan predikat cumlaude, tetapi mendidik mahasiswa
bagaimana mempunyai skill untuk mengenal dan memasuki dunia kerja. Perguruan
tinggi bertugas tidak hanya untuk mengembangkan hard skill mahasiswa tetapi
memperkuat soft skill yang diperlukan untuk bersaing di dunia kerja.
Untuk dapat
bersaing dalam dunia kerja, lulusan perguruan tinggi perlu memiliki
kapasitas daya saing. Diantara kapasitas
daya saing yang perlu dimiliki untuk bekerja adalah keterampilan menghadapi
proses rekrutmen dan seleksi kerja. Dengan keterampilan menghadapi proses
rekrutmen dan seleksi kerja, individu akan memiliki pemahaman yang jelas tentang
dunia kerja yang menyangkut persyaratan, kondisi kerja, kompensasi, peluang dan prospek kerja untuk dapat
diterima bekerja dalam lembaga atau instansi tertentu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Mengapa
ada pengangguran terdidik ?
2.
Faktor-faktor
apa saja yang menyebabkan adanya pengangguran terdidik ?
3.
Solusi
apa yang bisa digunakan untuk mengurangi atau memberantas pengangguran terdidik
?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mendeskripsikan
kepada pembaca tentang pengangguran terdidik.
2.
Menumbuhkan
semangat jiwa berwirusaha kepada mahasiswa.
Bab II
Pembahasan
A.
Penyebab Pengangguran Terdidik di Indonesia
Perguruan
tinggi di Indonesia, mencetak ribuan bahkan jutaan sarjana setiap tahunnya.
Namun, lapangan pekerjaan tidak mampu menampung semua lulusan tersebut,
sehingga sebagian besar lulusan itu pun menganggur. Pengangguran terdidik telah
memperburuk citra pendidikan di Indonesia. Bagaimana tidak, mereka yang jelas-jelas
lebih banyak memiliki ilmu pengetahuan dibandingkan mereka yang tidak
berpendidikan, tetapi mereka sendiri menganggur. Ini tandanya para lulusan
sarjana tidak mampu menjawab tantangan perkembangan zaman.
Lebih lagi
tinggal menghitung hari kerja sama negara-negara ASEAN melalui AEC (ASEAN
Economic Community) akan segera terlaksana tahun 2015 mendatang. Ini artinya
tantangan lulusan sarjana semakin berat jika tidak benar-benar ia persiapkan.
Bagaimana tidak, selain liberalisasi perdagangan atau FTA (Free Trade Area),
kebebasan tenaga kerja (labor) memasuki Indonesia juga akan menjadi pesaing
lulusan sarjana Indonesia. Pesaing lulusan sarjana bukan lagi orang Indonesia,
melainkan negara-negara tetangga Indonesia yang termasuk di dalam negara ASEAN,
seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Fillipina, Myanmar,
dan lain-lain.
B.
Faktor-Faktor Penyebab Pengangguran Terdidik di Indonesia
1.
Ketergantungan kepada Orangtua
Potret generasi
muda sekarang yaitu terlalu manja dan menggantungakan hidupnya pada orangtua
dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain, mereka layaknya mempunyai
jaminan untuk mencukupi segala kebutuhannya, dan menganggap meskipun tidak
bekerja mereka akan tetap tercukupi segala kebutuhannya. Para penganggur
terdidik biasanya terjadi pada lapisan masyarakat menengah ke atas. Inilah yang menyebabkan pengangguran terdidik
merajalela. Bahkan Indonesia mendapatkan ranking pertama di Asia untuk jumlah
pengangguran tertinggi.
Pengangguran
terdidik sangat berkaitan erat dangan kependidikan di negara berkembang pada
umumnya. Masalah pendidikan biasanya berkisar pada mutu pendidikan yang hanya
menekankan seorang sarjana yang
bermental akademik, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas pendukung pendidikan,
dan kurangnya lapangan pekerjaan yang akan berimbas pada eksistensi pendidikan
dimata masyarakat. Pada masyarakat yang mulai berkembang, pendidikan
diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui kesempatan
kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan pengguna jasa
pendidikan adalah teraihnya pekerjaan yang diharapkan. Atau setidak-tidaknya,
setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai “gengsi” yang
lebih tinggi dibanding sektor informal.
2.
Tekanan dari Masyarakat
Masyarakat sendiri
sebenarnya mempunyai kontribusi dosa terkait penumpukan pengangguran terdidik
ini. Sebab, masyarakat terlalu banyak menghargai jenis pekerjaan tertentu
seperti pegawai negeri sipil atau pegawai swasta. Anggapan ini pun menyebabakan
membengkaknya calon pegawai negeri di Indonesia. Inilah kesalahannya, sebenarnya
gelar sarjana tidak secara otomatis meluluskan jalan untuk meraih pekerjaan.
3.
Jurusan-Jurusan Ilmu Terapan
Dewasa ini,
bangku perkuliahan dijadikan ajang pemikiran pragmatis, mengapa begitu ? Karena
banyak jurusan-jurusan di dalam perguruan tinggi yang mengajarkan ilmu-ilmu
terapan, yang ujung-ujungnya adalah menjadi pekerja. Mirisnya lagi,
jurusan-jurusan tersebut pasti lebih banyak peminatnya daripada jurusan-jurusan
yang mengajarkan kita untuk berpikir analitis atau masih abstrak. Seperti
contoh jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi, pasti lebih banyak peminatnya
daripada jurusan Ilmu Ekonomi, mengapa ? Karena mereka beranggapan bahwasannya
jurusan Akuntansi akan jauh lebih mudah mencari pekerjaan, dan profesi mereka
jelas seperti bekerja di perpajakan, menjadi Akuntan, dan lain lain. Mereka
menganggap jurusan Ilmu Ekonomi sulit untuk mencari pekerjaan, karena jurusan
tersebut kurang spesifik, abstrak, dan jika tidak melanjutkan studi pasti kabanyakan
akan menganggur. Kerap kali lulusan sarjana Ilmu Ekonomi dianggap sebagai calon-calon
pengangguran.
Sebenarnya
faktor utama yang menyebabkan rendah atau tingginya kualitas lulusan itu
tergantung pada pola pikir mahasiswa itu sendiri. Ada sebagian orang memiliki gelar sarjananya
saja tanpa ilmu. Biasanya gelar ini didapatkan dengan cara membeli ijazah
secara illegal di perguruan tinggi yang sengaja menjual produk terlarang ini
demi mendapatkan uang. Semuanya demi uang, tanpa memperhatikan dampaknya
terhadap negara ini. Gelar akademik itu layaknya sebuah produk yang mudah
didapatkan dengan harga yang terjangkau. Hanya bermodal beberapa juta rupiah
saja sudah bisa memiliki gelar sarjana.
Perguruan
tinggi yang menjual gelar akademik merupakan salah satu penyebab rusaknya citra
pendidikan di Indonesia. Banyak orang yang mempunyai gelar sarjana hanya
sebagai gengsi untuk menduduki posisi jabatan tertentu. Padahal, orang tersebut
tidak memiliki pengetahuan dibidangnya, sehingga menjadikan sumber daya manusia
di Indonesia sangat buruk. Zaman sekarang siapa yang memiliki banyak uang
dialah yang berkuasa dan termasuk membeli hukum dan ijazah illegal.
Negara kita
telah dijajah oleh bangsanya sendiri, seperti iklan di televisi “jeruk kok
makan jeruk”. Ini telah dibuktikan oleh kasus-kasus yang telah terjadi selama
beberapa tahun yang terakhir. Korupsi merupakan salah satu dari banyak
peristiwa yang melanda negeri ini. Korupsi tidak hanya dilakukan oleh
pejabat-pejabat pemerintah, tapi aparat hukum yang seharusnya melaksanakan dan
menegakkan hukum untuk keadilan negeri ini malah terlibat dalam kasus yang
semakin menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sekarang coba
kita lihat rakyat miskin yang seharusnya mendapatkan perhatian oleh pemerintah,
menjadi terabaikan karena pemerintah terlalu sibuk mengusut tuntas kasus-kasus
korupsi. Bagaimana caranya agar bangsa ini menjadi lebih maju terutama di
sektor perekonomiannya agar ada pemerataan, bukan hanya mengejar berapa persen
meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Sebenarnya
orang-orang ekonomilah yang berperan penting dalam membantu pemerintah untuk
mensejahterakan rakyatnya dan memberantas kemiskinan. Dengan begitu maka
otomatis pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Dan mahasiswa ekonomi bukanlah
sebagai calon pengangguran tetapi lebih tepatnya adalah sebagai alat untuk
menyerap dan mengkompres angka pengangguran yang membengkak tiap tahunnya.
Sebagai orang yang mengerti permasalahan-permasalahan ekonomi yang sedang
dihadapi bangsa ini, kita seharusnya berpikir bagaimana cara agar pengangguran
bisa dihapuskan. Tapi sayangnya lulusan-lulusan ekonomi atau jurusan lain di
perguruan tinggi di Indonesia sekarang hanya mengharapakan dipekerjakan oleh
orang lain.
C.
Solusi Untuk Mengurangi Pengangguran Terdidik di Indonesia
Jika semua orang ingin bekerja, tapi tak ada
lapangan pekerjaan apa yang harus kita lakukan ? Ada dua jawaban untuk menjawab
pertanyaan diatas. Jawaban pertama untuk pertanyaan diatas adalah wirausaha. Ya,
wirausaha memang solusi tepat untuk mengurangi bahkan memberantas pengangguran
terdidik Karena dengan wirausaha lapangan kerja baru akan tercapai dan
mengurangi tingkat pengangguran. Jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat
kurang, yaitu kurang dari 2% atau sekitar 700 ribu orang. Padahal idealnya
sebuah Negara paling tidak memiliki 2% jumlah wirausaha. Para lulusan sarjana
harusnya mempunyai semangat untuk berwirausaha. Setidaknya lulusan sarjana bisa
mengubah cara berpikir mereka untuk tidak bekerja, tapi mempekerjakan orang.
Jawaban kedua untuk
mengurangi pengangguran terdidik adalah membenahi dari sistem pendidikan. Sudah
jelas bahwa dunia pendidikan harus dapat menghasilkan output lulusan yang siap
diserap oleh pasar kerja. Artinya, pendidikan yang berkualitas yang
berorientasi pada pasar kerja yang mutlak. Yang dapat diperbaiki adalah
mewujudkan pendidikan yang berbasis pada pasar kerja. Proses selama ini dunia
pendidikan lebih berfokus untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Namun
kualitas dan karakteristik seperti apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja ? Oleh
Karena itu, labor market oriented, saat ini lebih tepat untuk menjawab
kebutuhan pasar kerja akan tenaga kerja berkualitas, dan akhirnya akan
mengurangi pengangguran terdidik.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Sistem
pendidikan di Indonesia harus dibenahi. Mutu pendidikan yang hanya menekankan
seorang sarjana yang bermental akademik,
kurangnya kesiapan tenaga pendidik, dan fasilitas pendukung pendidikan harus
segera di benahi agar pengangguran terdidik tidak semakin merajalela.
Tujuan akhir
program pendidikan pengguna jasa pendidikan adalah teraihnya pekerjaan yang
diimpikan yakni bekerja di sektor formal, yang memiliki tingkat “gengsi” yang
tinggi daripada sektor informal. Sehingga mengakibatkan membengkaknya calon
pegawai negeri di Indonesia.
B.
Saran
Pemerintah seharusnya memperhatikan masalah pengangguran terdidik
di Indonesia. Dengan merubah sistem pendidikan tidak hanya mencetak
sarjana-sarjana akademik, tapi tak mempunyai keterampilan. Seharusnya sistem
pendidikan di Indonesia khususnya program S1 dibuat seperti program Diploma,
yang lebih banyak praktik dibanding teori.
Sebagai
mahasiswa seharusnya kita merubah pola pikir tujuan akhir kuliah tidak hanya
untuk dipekerjakan orang lain, tapi mempekerjakan dan menciptakan lapangan
kerja baru.
Masyarakat
harusnya memberi kesempatan kepada lulusan sarjana untuk membuktikan dirinya
kreatif dan bisa menciptakan lapangan kerja baru, dan tidak membedakan
status/jabatan seseorang dalam pekerjaaan.